Gifansgi.Org – Ribuan hektar di semenanjung Pantai Muara Gembong Kabupaten Bekasi terancam lenyap akibat abrasi. Masyarakat setempat terdiri dari nelayan dan petani tambak mengeluhkan hal tersebut karena dapat mengancam ekosistem dan kehidupan penduduk setempat.

Ketua Pokdarwis Pantai Mekar, Aziz mengungkap ribuan kepala keluarga telah hengkang dari wilayah pesisir Muara Gembong akibat pengikisan daratan oleh permukaan air laut. Tidak hanya itu, kehidupan petani tambak ikut tergerus lantaran berkurangnya daratan.

“Sejak puluhan tahun lalu sudah banyak penduduk yang berpindah mencari tempat tinggal, ada yang mencari dataran lebih tinggi hingga pindah ke daerah lain. Ini terus terjadi hingga sekarang, kita tidak tahu ke depan apakah Muara Gembong bisa diselamatkan atau tidak, semua tergantung perhatian dari pemerintah,” ungkap Aziz saat berbincang dengan aktivis lingkungan hidup Gibran Fans Garuda Indonesia dan NGO Akar Bhumi.

Lanjut Aziz mengatakan, penyebab abrasi akibat tidak kuatnya daratan tanah menahan gelombang air laut. Sementara pohon mangrove yang tersedia, tidak mampu menjadi penahan karena jumlahnya sedikit.

“Pohon Mangrove yang diharapkan menjadi penahan, populasinya tidak seimbang dengan permukaan. Memang banyak pihak yang menanam Mangrove di sini, seperti pegiat lingkungan, CSR Perusahaan hingga mahasiswa. Tetapi sayangnya mereka hanya menanam dan tidak melakukan perawatan, jadinya banyak tanaman yang hilang terbawa ombak,” jelasnya.

Founder NGO Akar Bhumi Indonesia, Hendrik Hermawan mengaku prihatin dengan fenomena di Muara Gembong. Menurut dia, pemerintah tidak boleh menutup mata membiarkan pengikisan daratan di Utara Kabupaten Bekasi ini.

“Tidak bisa dibiarkan, bisa-bisa pesisir Muara Gembong punah dari Peta Kabupaten Bekasi. Kita mengimbau pemerintah daerah dan pusat memperhatikan ini. Lakukan rehabilitasi, sehingga kehidupan masyarakat dan ekosistem di Muara Gembong dapat terselamatkan,” ujar Hendrik seraya menganjurkan stakeholder yang melakukan program penanaman Mangrove bekerjasama dengan penduduk setempat agar memudahkan pemeliharaannya.

“kita juga menganjurkan pihak-pihak yang peduli terhadap wilayah ini, tidak hanya program penanaman saja, tetapi juga alokasikan anggaran untuk perawatan minimal 3 tahun ke depan. Sehingga pohon yang di tanam tidak mubadzir,” tutur Hendrik.

Sementara, Ketua Umum DPP Gibran Fans Garuda Indonesia, Gus Ari menyoroti perlunya sinergitas lintas Kementerian menyikapi ancaman di Muara Gembong. Pasalnya, problematika di wilayah tersebut tidak hanya mencakup pada aspek lingkungan hidup maupun kelautan.

“Untuk melakukan rehabilitasi di Muara Gembong diperlukan pelibatan lintas Kementerian, seperti Kementerian LHK yang menyikapi lingkungan hidup, Kementerian KKP untuk memperhatikan kebutuhan nelayan, Kementerian Sosial menyikapi kebutuhan Masyarakat meliputi rumah tinggal, MCK dan lainnya. Artinya, lintas sektoral ini harus terjalin demi menyelamatkan Muara Gembong,” pungkasnya.